AYAT KUNCI
Keluaran 20:4-5
Yohanes 4:24
REFERENSI BACAAN ALKITAB
1 Raja-Raja 8:27 Mazmur 95:6
Filipi 2:9-11 Wahyu 4:9-11
Mazmur 143:6 Keluaran 17:8-16
Mazmur 34 Ayub 38:7
Matius 12:35-37 Yakobus 3:7-9
Ibrani 13:15 Mazmur 154:2
Mazmur 111:1 Mazmur 47:7
Mazmur 63:4 Mazmur 150:4
Mazmur 148:11-14 Ibrani 11:3
2 Timotius 3:16 2 Petrus 1:21
Yohanes 20:30-31 Roma 10:17
Ibrani 4:12 Kolose 3:16
1 Petrus 2:1-2 Efesus 4:31
Matius 4:4 Ibrani 5:12-14
TUJUAN
Untuk memahami dan mempraktekkan penyembahan sebagai sebuah cara yang tepat untuk menyentuh hati Tuhan.
Untuk memahami arti puji-pujian, bagaimana melakukannnya dan manfaatnya dalam hidup.
PENGEMBANGAN MATERI
Keluaran 20:4-5
Yohanes 4:24
REFERENSI BACAAN ALKITAB
1 Raja-Raja 8:27 Mazmur 95:6
Filipi 2:9-11 Wahyu 4:9-11
Mazmur 143:6 Keluaran 17:8-16
Mazmur 34 Ayub 38:7
Matius 12:35-37 Yakobus 3:7-9
Ibrani 13:15 Mazmur 154:2
Mazmur 111:1 Mazmur 47:7
Mazmur 63:4 Mazmur 150:4
Mazmur 148:11-14 Ibrani 11:3
2 Timotius 3:16 2 Petrus 1:21
Yohanes 20:30-31 Roma 10:17
Ibrani 4:12 Kolose 3:16
1 Petrus 2:1-2 Efesus 4:31
Matius 4:4 Ibrani 5:12-14
TUJUAN
Untuk memahami dan mempraktekkan penyembahan sebagai sebuah cara yang tepat untuk menyentuh hati Tuhan.
Untuk memahami arti puji-pujian, bagaimana melakukannnya dan manfaatnya dalam hidup.
PENGEMBANGAN MATERI
PENYEMBAHAN
Manusia diciptakan untuk menyembah Tuhan. Ketika iblis melihat hubungan intim yang terdapat antara manusia dengan Penciptanya, ia dipenuhi dengan rasa kebencian dan ingin menghancurkan hubungan tersebut supaya manusia beralih tunduk kepadanya. Dengan kelicikannya ia menipu manusia agar makan buah terlarang supaya menjadi sama seperti Allah. Iblis tahu bahwa jika manusia terjebak oleh siasatnya maka ia akan terpisah dari Allah dan akan masuk dalam kekuasaannya, sebab satu-satunya hal yang dapat memisahkan manusia dari Allah adalah dosa.
Ketika iblis mencobai Tuhan, salah satu perkataannya adalah: “Semua itu akan kuberikan kepadaMu, jika Engkau sujud menyembah aku.” (Matius 4:9). Tetapi Yesus menjawabnya: “Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!” (ayat 10). Jadi, penyembahan adalah hanya milik Allah dan tidak dapat diberikan kepada yang lain; termasuk di antaranya ialah mahkluk lain, benda, lambang/simbol atau gambar. Hanya kepada Allah saja kita menyembah.
Di dalam Sepuluh Perintah Allah diajarkan bahwa penyembahan kepada yang selain Allah akan mendatangkan hukuman atas manusia karena hal tersebut membuatNya cemburu (Keluaran 20:4-5). Penyembahan kepada yang selain Allah akan membawa murka sampai ke keturunan keempat. Allah adalah Roh, dan satu-satunya cara menyembah Dia adalah dalam roh (Yohanes 4:24).
BAGAIMANA CARA MENYEMBAH ALLAH
Suatu ketika, seorang profesor bertanya kepada seorang anak kecil, “Di mana ada Allah?” Maka jawab anak itu, “Saya akan bertanya balik. Di mana tidak ada Allah?” Kita tahu bahwa Allah ada di semua tempat di seluruh bumi dan di dalam surga. Salomo, yang mendirikan bait suci, mengatakan: “Tetapi benarkah Allah hendak diam di atas bumi? Sesungguhnya langit, bahkan langit yang mengatasi segala langit pun tidak dapat memuat Engkau, terlebih lagi rumah yang kudirikan ini.”(1 Raja-Raja 8:27). Kita semua dapat merasakan hadirat Allah di manapun kita berada, meskipun beberapa tempat lebih pantas dari tempat yang lain untuk mengundang kehadiranNya. Allah dapat mendengarkan doa kita, tak peduli di manapun kita berdoa. Alkitab mengajarkan cara yang benar untuk menyembah Dia. Allah memberikan petunjuk yang jelas di dalamnya untuk menolong kita memahami penyembahan.
Berlutut
“Masuklah, marilah kita sujud menyembah, berlutut di hadapan Tuhan yang menjadikan kita.” (Mazmur 95:6). Kata “berlutut” dan “lutut” dalam bahasa Ibrani memiliki arti “berkat”. Ketika kita berlutut, kita memberkati nama Tuhan. Rasul Paulus membuat pernyataan mengenai Yesus yang telah menang atas maut: “Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepadaNya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: ‘Yesus Kristus adalah Tuhan’ bagi kemuliaan Allah, Bapa!” (Filipi 2:9-11)
Sujud menyembah
“Masuklah, marilah kita sujud menyembah, berlutut di hadapan Tuhan yang menjadikan kita.” (Mazmur 95:6). Ketika seseorang bersujud, wajahnya tertutup menghadap ke bawah. Ini menggambarkan kondisi hancur hati, sikap rendah hati dan posisi sebagai hamba. Orang Yahudi yang menyembah Allah selalu bersujud sampai mukanya menyentuh tanah.
Dalam kitab Wahyu, Rasul Yohanes melihat penyembahan surgawi dan berkata; “Dan setiap kali makhluk-makhluk itu mempersembahkan puji-pujian, dan hormat dan ucapan syukur kepada Dia, yang duduk di atas takhta itu dan yang hidup sampai selama-lamanya, maka tersungkurlah kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Dia yang duduk di atas takhta itu, dan mereka menyembah Dia yang hidup sampai selama-lamanya. Dan mereka melemparkan mahkotanya di hadapan takhta itu, sambil berkata: ’Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendakMu semuanya itu ada dan diciptakan.’” (Wahyu 4:9-11)
Kedua puluh empat tua-tua melambangkan dua belas suku Israel dan dua belas rasul; yang menyembah Dia, bersujud di hadapanNya, mempersembahkan puji-pujian, memberikan mahkota dan mengakui kuasaNya.
Nabi Yesaya menerima pewahyuan kemuliaan Allah. Ia berkata: “Dalam tahun matinya raja Uzia aku melihat Tuhan duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang, dan ujung jubahNya memenuhi Bait Suci. Para Serafim berdiri di sebelah atasNya, masing-masing mempunyai enam sayap; dua sayap dipakai untuk menutupi muka mereka, dua sayap dipakai untuk menutupi kaki mereka dan dua sayap dipakai untuk melayang-layang. Dan mereka berseru seorang kepada seorang, katanya: ‘Kudus, kudus, kuduslah Tuhan semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaanNya’”. (Yesaya 6:1-3)
Ketika Allah menyatakan diri kepada Yesaya, Ia hadir bersama serafim (serafim/”seraph” berarti api). Mereka ada sangat dekat denganNya. Serafim melambangkan api kemuliaan dan kuasa Allah. Masing-masing mempunyai enam sayap, dimana dua di antaranya dipakai untuk menutupi muka mereka. Muka yang tertutup melambangkan penyembahan. Mereka merendahkan diri di hadapan Yang Maha Kuasa dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Dia yang duduk di atas takhta. Menutupi kaki berarti menolak ketidakmurnian dalam perjalanan hidup sehari-hari. Allah katakan kepada Musa, “Lepaskan kasutmu, karena tempat di mana engkau berdiri adalah tanah yang kudus.” Melayang-layang menyimbolkan pelayanan kepada Raja. Jadi dapat disimpulkan bahwa para serafim menggunakan empat sayap untuk menyembah dan dua sayap untuk melayani. Artinya, penyembahan lebih penting daripada pelayanan. Banyak orang Kristen yang memiliki hati untuk melayani. Mereka memberikan banyak waktu mereka untuk terlibat dalam pelayanan tapi hanya sedikit penyembahan, yaitu masuk ke dalam hadirat Tuhan.
Allah adalah Roh
Ia selalu hadir. Ia menciptakan segala sesuatu yang terlihat maupun yang tidak terlihat. Satu-satunya yang mengenal Dia dan memampukan kita mengenal Dia adalah Tuhan Yesus. Yesuslah yang mengajarkan kepada kita bahwa satu-satunya cara untuk menyembah Allah yang adalah Roh ialah melalui roh; dan orang yang dapat melakukannya hanyalah orang yang telah dilahirkan kembali (Yohanes 3:3). Kita tidak menyembah kepada sembarang allah, tapi kita menyembah Allah yang menciptakan langit, bumi dan seluruh alam semesta; Pencipta kehidupan; Allah yang mengutus Yesus Kristus, PutraNya yuang tunggal, untuk menyelamatkan manusia.
Menadahkan tangan
“Aku menadahkan tanganku kepadaMu, jiwaku haus kepadaMu seperti tanah yang tandus” (Mazmur 143:6). Sikap ini adalah tanda penyerahan diri; ketika kita menadahkan tangan artinya kita mengakui bahwa kita bergantung penuh kepadaNya. Keluaran 17:8-16 mengisahkan peperangan bangsa Israel melawan orang Amalek. Musa harus tetap mengangkat tangannya sampai mereka memperoleh kemenangan. Apabila tangannya terangkat maka pasukan Allah berperang untuk tentara Israel sehingga mereka sanggup mengalahkan Amalek, tapi ketika ia merasa lelah dan menurunkan tangannya maka para malaikat pun berhenti berperang. Karena itu, Harun dan dan Hur menopang kedua belah tangannya, masing-masing di sebelah tangan Musa, sehingga akhirnya bangsa Israel mengalahkan orang Amalek.
Peristiwa tersebut mengajarkan kepadang kita bahwa ketika kita mengangkat tangan maka setiap kuasa iblis dihancurkan, dipatahkan dan diremukkan oleh kuasa Allah yang dikerjakan para malaikatNya melalui kita dan untuk kita.
Ketika iblis mencobai Tuhan, salah satu perkataannya adalah: “Semua itu akan kuberikan kepadaMu, jika Engkau sujud menyembah aku.” (Matius 4:9). Tetapi Yesus menjawabnya: “Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!” (ayat 10). Jadi, penyembahan adalah hanya milik Allah dan tidak dapat diberikan kepada yang lain; termasuk di antaranya ialah mahkluk lain, benda, lambang/simbol atau gambar. Hanya kepada Allah saja kita menyembah.
Di dalam Sepuluh Perintah Allah diajarkan bahwa penyembahan kepada yang selain Allah akan mendatangkan hukuman atas manusia karena hal tersebut membuatNya cemburu (Keluaran 20:4-5). Penyembahan kepada yang selain Allah akan membawa murka sampai ke keturunan keempat. Allah adalah Roh, dan satu-satunya cara menyembah Dia adalah dalam roh (Yohanes 4:24).
BAGAIMANA CARA MENYEMBAH ALLAH
Suatu ketika, seorang profesor bertanya kepada seorang anak kecil, “Di mana ada Allah?” Maka jawab anak itu, “Saya akan bertanya balik. Di mana tidak ada Allah?” Kita tahu bahwa Allah ada di semua tempat di seluruh bumi dan di dalam surga. Salomo, yang mendirikan bait suci, mengatakan: “Tetapi benarkah Allah hendak diam di atas bumi? Sesungguhnya langit, bahkan langit yang mengatasi segala langit pun tidak dapat memuat Engkau, terlebih lagi rumah yang kudirikan ini.”(1 Raja-Raja 8:27). Kita semua dapat merasakan hadirat Allah di manapun kita berada, meskipun beberapa tempat lebih pantas dari tempat yang lain untuk mengundang kehadiranNya. Allah dapat mendengarkan doa kita, tak peduli di manapun kita berdoa. Alkitab mengajarkan cara yang benar untuk menyembah Dia. Allah memberikan petunjuk yang jelas di dalamnya untuk menolong kita memahami penyembahan.
Berlutut
“Masuklah, marilah kita sujud menyembah, berlutut di hadapan Tuhan yang menjadikan kita.” (Mazmur 95:6). Kata “berlutut” dan “lutut” dalam bahasa Ibrani memiliki arti “berkat”. Ketika kita berlutut, kita memberkati nama Tuhan. Rasul Paulus membuat pernyataan mengenai Yesus yang telah menang atas maut: “Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepadaNya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: ‘Yesus Kristus adalah Tuhan’ bagi kemuliaan Allah, Bapa!” (Filipi 2:9-11)
Sujud menyembah
“Masuklah, marilah kita sujud menyembah, berlutut di hadapan Tuhan yang menjadikan kita.” (Mazmur 95:6). Ketika seseorang bersujud, wajahnya tertutup menghadap ke bawah. Ini menggambarkan kondisi hancur hati, sikap rendah hati dan posisi sebagai hamba. Orang Yahudi yang menyembah Allah selalu bersujud sampai mukanya menyentuh tanah.
Dalam kitab Wahyu, Rasul Yohanes melihat penyembahan surgawi dan berkata; “Dan setiap kali makhluk-makhluk itu mempersembahkan puji-pujian, dan hormat dan ucapan syukur kepada Dia, yang duduk di atas takhta itu dan yang hidup sampai selama-lamanya, maka tersungkurlah kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Dia yang duduk di atas takhta itu, dan mereka menyembah Dia yang hidup sampai selama-lamanya. Dan mereka melemparkan mahkotanya di hadapan takhta itu, sambil berkata: ’Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendakMu semuanya itu ada dan diciptakan.’” (Wahyu 4:9-11)
Kedua puluh empat tua-tua melambangkan dua belas suku Israel dan dua belas rasul; yang menyembah Dia, bersujud di hadapanNya, mempersembahkan puji-pujian, memberikan mahkota dan mengakui kuasaNya.
Nabi Yesaya menerima pewahyuan kemuliaan Allah. Ia berkata: “Dalam tahun matinya raja Uzia aku melihat Tuhan duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang, dan ujung jubahNya memenuhi Bait Suci. Para Serafim berdiri di sebelah atasNya, masing-masing mempunyai enam sayap; dua sayap dipakai untuk menutupi muka mereka, dua sayap dipakai untuk menutupi kaki mereka dan dua sayap dipakai untuk melayang-layang. Dan mereka berseru seorang kepada seorang, katanya: ‘Kudus, kudus, kuduslah Tuhan semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaanNya’”. (Yesaya 6:1-3)
Ketika Allah menyatakan diri kepada Yesaya, Ia hadir bersama serafim (serafim/”seraph” berarti api). Mereka ada sangat dekat denganNya. Serafim melambangkan api kemuliaan dan kuasa Allah. Masing-masing mempunyai enam sayap, dimana dua di antaranya dipakai untuk menutupi muka mereka. Muka yang tertutup melambangkan penyembahan. Mereka merendahkan diri di hadapan Yang Maha Kuasa dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Dia yang duduk di atas takhta. Menutupi kaki berarti menolak ketidakmurnian dalam perjalanan hidup sehari-hari. Allah katakan kepada Musa, “Lepaskan kasutmu, karena tempat di mana engkau berdiri adalah tanah yang kudus.” Melayang-layang menyimbolkan pelayanan kepada Raja. Jadi dapat disimpulkan bahwa para serafim menggunakan empat sayap untuk menyembah dan dua sayap untuk melayani. Artinya, penyembahan lebih penting daripada pelayanan. Banyak orang Kristen yang memiliki hati untuk melayani. Mereka memberikan banyak waktu mereka untuk terlibat dalam pelayanan tapi hanya sedikit penyembahan, yaitu masuk ke dalam hadirat Tuhan.
Allah adalah Roh
Ia selalu hadir. Ia menciptakan segala sesuatu yang terlihat maupun yang tidak terlihat. Satu-satunya yang mengenal Dia dan memampukan kita mengenal Dia adalah Tuhan Yesus. Yesuslah yang mengajarkan kepada kita bahwa satu-satunya cara untuk menyembah Allah yang adalah Roh ialah melalui roh; dan orang yang dapat melakukannya hanyalah orang yang telah dilahirkan kembali (Yohanes 3:3). Kita tidak menyembah kepada sembarang allah, tapi kita menyembah Allah yang menciptakan langit, bumi dan seluruh alam semesta; Pencipta kehidupan; Allah yang mengutus Yesus Kristus, PutraNya yuang tunggal, untuk menyelamatkan manusia.
Menadahkan tangan
“Aku menadahkan tanganku kepadaMu, jiwaku haus kepadaMu seperti tanah yang tandus” (Mazmur 143:6). Sikap ini adalah tanda penyerahan diri; ketika kita menadahkan tangan artinya kita mengakui bahwa kita bergantung penuh kepadaNya. Keluaran 17:8-16 mengisahkan peperangan bangsa Israel melawan orang Amalek. Musa harus tetap mengangkat tangannya sampai mereka memperoleh kemenangan. Apabila tangannya terangkat maka pasukan Allah berperang untuk tentara Israel sehingga mereka sanggup mengalahkan Amalek, tapi ketika ia merasa lelah dan menurunkan tangannya maka para malaikat pun berhenti berperang. Karena itu, Harun dan dan Hur menopang kedua belah tangannya, masing-masing di sebelah tangan Musa, sehingga akhirnya bangsa Israel mengalahkan orang Amalek.
Peristiwa tersebut mengajarkan kepadang kita bahwa ketika kita mengangkat tangan maka setiap kuasa iblis dihancurkan, dipatahkan dan diremukkan oleh kuasa Allah yang dikerjakan para malaikatNya melalui kita dan untuk kita.
PUJIAN
“Aku hendak memuji Tuhan pada segala waktu; puji-pujian kepadaNya tetap di dalam mulutku. Karena Tuhan jiwaku bermegah; biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersuka cita. Muliakanlah Tuhan bersama-sama dengan aku, marilah kita bersama-sama memahsyurkan namaNya.” (Mazmur 34:1-3)
Sebelum segala sesuatu ada, Allah telah ada terlebih dahulu. Ia menciptakan segala sesuatu, dan salah satunya adalah musik. Musik bukan berasal dari iblis, tapi ciptaan Allah. Musik diberikan kepada para malaikat untuk memuji Dia. Jadi puji-pujian telah ada sebelum dunia dijadikan. Siapa yang memuji Tuhan ketika dunia dijadikan? Bintang-bintang dan semua yang ada di langit, dan seluruh makhluk ciptaanNya bersorak sorai. Pujian mendatangkan suka cita yang besar.
Pemazmur berkata: “Padahal Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel.” (Mazmur 22:3). Ketika kita memuji Allah, Ia akan ada di tengah kita.
Hidup manusia dikuasai oleh lidah; apa yang dialami di bumi dan apa yang akan diperoleh pada kehidupan yang akan datang bergantung pada cara menggunakan lidah. Tuhan Yesus mengatakan: “Orang yang baik mengeluarkan hal-hal yang baik dari perbendaharaannya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan hal-hal yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabankannya pada hari penghakiman. Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum.” (Matius 12:35-37)
Orang yang baik adalah orang yang tahu apa yang ia katakan; ia mengerti bahwa perkataan berasal dari apa yang masuk dalam pikirannya, karena apa yang dipikirkannya akan masuk ke dalam hatinya, dan apa yang ada dalam hati itulah yang diucapkannya.
Pada hari penghakiman, kita harus bertanggung jawab atas ucapan kita; apa yang kita katakan akan menyelamatkan atau malah menghukum kita.
Meskipun lidah adalah bagian tubuh kita yang kecil tapi ia menentukan posisi kita pada masa kekekalan. “Tetapi tidak seorang pun yang berkuasa menjinakkan liah; ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan. Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah.” (Yakobus 3:8-9). Meskipun manusia dapat menaklukkan angkasa luar dengan satelit yang bisa dikirimkan ke banyak planet berbeda, tapi ia tidak mampu mengendalikan lidahnya. Hanya dengan pertolongan Yesus kita sanggup menguasai perkataan. Sebagai orang percaya, kita harus berhadapan dengan musuh yang berusaha untuk menghalangi kita memuji-muji Allah kita.
Pada masa Perjanjian Lama, iblis mengincar Ayub, seorang yang tidak pernah mengeluarkan perkataan negatif, persungutan, ataupun kutukan; ia tidak pernah berbuat jahat terhadap orang lain; ia selalu mempersembahkan pujian kepada Allah; ia selalu mengucapkan perkataan yang membangun orang lain dan menguatkan yang lemah. Bibirnya seperti obat bagi yang sakit dan bagaikan embun di tanah yang kering. Iblis mendakwanya di hadapan Allah dengan tujuan untuk menghancurkan hidupnya, tapi Ayub tidak berbuat dosa dengan mulutnya ataupun mengucapkan hal-hal yang tidak baik kepadaNya.
“Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan namaNya.” (Ibrani 13:15)
Sebelum segala sesuatu ada, Allah telah ada terlebih dahulu. Ia menciptakan segala sesuatu, dan salah satunya adalah musik. Musik bukan berasal dari iblis, tapi ciptaan Allah. Musik diberikan kepada para malaikat untuk memuji Dia. Jadi puji-pujian telah ada sebelum dunia dijadikan. Siapa yang memuji Tuhan ketika dunia dijadikan? Bintang-bintang dan semua yang ada di langit, dan seluruh makhluk ciptaanNya bersorak sorai. Pujian mendatangkan suka cita yang besar.
Pemazmur berkata: “Padahal Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel.” (Mazmur 22:3). Ketika kita memuji Allah, Ia akan ada di tengah kita.
Hidup manusia dikuasai oleh lidah; apa yang dialami di bumi dan apa yang akan diperoleh pada kehidupan yang akan datang bergantung pada cara menggunakan lidah. Tuhan Yesus mengatakan: “Orang yang baik mengeluarkan hal-hal yang baik dari perbendaharaannya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan hal-hal yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabankannya pada hari penghakiman. Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum.” (Matius 12:35-37)
Orang yang baik adalah orang yang tahu apa yang ia katakan; ia mengerti bahwa perkataan berasal dari apa yang masuk dalam pikirannya, karena apa yang dipikirkannya akan masuk ke dalam hatinya, dan apa yang ada dalam hati itulah yang diucapkannya.
Pada hari penghakiman, kita harus bertanggung jawab atas ucapan kita; apa yang kita katakan akan menyelamatkan atau malah menghukum kita.
Meskipun lidah adalah bagian tubuh kita yang kecil tapi ia menentukan posisi kita pada masa kekekalan. “Tetapi tidak seorang pun yang berkuasa menjinakkan liah; ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan. Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah.” (Yakobus 3:8-9). Meskipun manusia dapat menaklukkan angkasa luar dengan satelit yang bisa dikirimkan ke banyak planet berbeda, tapi ia tidak mampu mengendalikan lidahnya. Hanya dengan pertolongan Yesus kita sanggup menguasai perkataan. Sebagai orang percaya, kita harus berhadapan dengan musuh yang berusaha untuk menghalangi kita memuji-muji Allah kita.
Pada masa Perjanjian Lama, iblis mengincar Ayub, seorang yang tidak pernah mengeluarkan perkataan negatif, persungutan, ataupun kutukan; ia tidak pernah berbuat jahat terhadap orang lain; ia selalu mempersembahkan pujian kepada Allah; ia selalu mengucapkan perkataan yang membangun orang lain dan menguatkan yang lemah. Bibirnya seperti obat bagi yang sakit dan bagaikan embun di tanah yang kering. Iblis mendakwanya di hadapan Allah dengan tujuan untuk menghancurkan hidupnya, tapi Ayub tidak berbuat dosa dengan mulutnya ataupun mengucapkan hal-hal yang tidak baik kepadaNya.
“Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan namaNya.” (Ibrani 13:15)
A. Manfaat Pujian
Pujian mengandung kuasa untuk membungkam musuh. Mazmur 8:2 katakan: “Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu telah Kauletakkan dasar kekuatan karena lawanMu, untuk membungkamkan musuh dan pendendam.”
Yohanes mengajarkan bahwa pendakwa kita adalah iblis yang mendakwa kita siang dan malam. Tapi ketika kita memuji Tuhan maka Ia menutup mulut pendakwa kita, karena suara pujian kita sanggup membungkamnya.
Pujian menghasilkan tembok perlindungan yang mengelilingi kehidupan pribadi dan keluarga kita sehingga pencobaan tidak dapat mengganggu. Hidup kita aman karena pujian; karena dalam pujian terdapat kuasa perlindungan dari Allah baik untuk diri kita sendiri, untuk keluarga kita dan keuangan kita.
B. Kapan Seharusnya Memuji Tuhan?
“Setiap hari aku hendak memuji Engkau, dan hendak memuliakan namaMu untuk seterusnya dan selamanya.” (Mazmur 145:2)
“Aku hendak memuji Tuhan pada segala waktu; puji-pujian kepadaNya tetap di dalam mulutku.” (Mazmur 43:1b)
Kapan kita harus memuji Tuhan? Setiap waktu, setiap saat; setiap keadaan yang kita alami adalah alasan untuk memuji Tuhan.
C. Bagaimana Seharusnya Memuji Tuhan?
• Dengan sepenuh hati.
“Aku mau bersyukur kepada Tuhan dengan segenap hati..” (Mazmur 111:1a)
• Dengan pengajaran
“Sebab Allah adalah Raja seluruh bumi, bermazmurlah dengan nyanyian pengajaran!” (Mazmur 47:7)
Pengajaran merupakan inspirasi dan daya cipta Ilahi agar kita dapat bertumbuh dalam pengertian akan Allah.
• Memberkati NamaNya
“Demikianlah aku mau memuji (terjemahan versi Bahasa Inggris: memberkati) Engkau seumur hidupku dan menaikkan tanganku demi namaMu.”(Mazmur 63:4)
• Dengan musik dan tari-tarian
“Pujilah Dia dengan rebana dan tari-tarian, pujilah Dia dengan permainan kecapi dan seruling! Pujilah Dia dengan ceracap yang berdenting, pujilah Dia dengan ceracap yang berdentang!” (Mazmur 150:4-5)
Kita dapat memuji Tuhan dengan berbagai macam alat musik dan tari-tarian.
D. Siapa Yang Seharusnya Memuji?
“hai raja-raja di bumi dan segala bangsa, pembesar-pembesar dan semua pemerintah dunia; hai teruna dan anak-anak dara, orang tua dan orang muda! Biarlah semuanya memuji-muji Tuhan, sebab hanya namaNya saja yang tinggi luhur, keagunganNya mengatasi bumi dan langit.” (Mazmur 148:11-13)
KESIMPULAN
Allah sendiri yang menciptakan puji-pujian. Pujian telah ada sejak semula dan akan tetap ada. Penciptaan dunia dikerjakan oleh Allah dalam suasana puji-pujian. Pintu masuk ke dalam hadirat Allah adalah pujian. Pakaian yang layak untuk menghadap Allah dengan rasa hormat ialah pujian.
Pujian membangun tembok perlindungan bagi kita dan orang-orang yang kita kasihi. Iblis tidak dapat menembusnya tanpa seijin Allah, seperti yang terjadi pada Ayub.
Pujian adalah kekuatan yang sanggup membungkam mulut musuh dan lawan; pujian menghasilkan pembebasan dari segala ikatan. Semua yang ada, semua yang bernafas harus memuji Tuhan.
Kita harus memuji Dia setiap hari, setiap waktu, dengan segenap hati, dengan pengajaran, dan dengan mulut kita.
APLIKASI
Setelah penyampaian materi ini sediakan waktu untuk bersama-sama menyembah dan memuji Tuhan. Lanjutkan setiap hari di rumah sehingga menjadi gaya hidup, sehingga ada ucapan syukur senantiasa dan dapat merasakan perlindungan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.
MATERI DISKUSI
1. Apakah penyembahan?
Contoh jawaban:
Penyembahan adalah hubungan intim antara manusia dengan Allah. Penyembahan merupakan tujuan Allah menciptakan manusia, dan yang ingin dihancurkan oleh iblis.
2. Apakah pujian?
Contoh jawaban:
Pujian adalah pintu masuk ke dalam hadirat Allah dan merupakan pakaian yang layak untuk menghadap takhtaNya dengan rasa hormat. Pujian membangun benteng perlindungan di sekeliling kita dan orang-orang yang kita kasihi.
3. Bagaimana cara kita menyembah sesuai dengan Mazmur 85:6 dan Mazmur 143:6?
Contoh jawaban:
Dengan berlutut, sujud menyembah, dan menadahkan tangan. Berlutut berarti memberkati nama Tuhan, sujud menyembah berarti membawa hati yang hancur dan kerendahan hati di hadapanNya, menadahkan tangan berarti menyerahkan diri seutuhnya dan mengakui bahwa kita bergantung penuh kepadaNya.
4. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut:
a. Siapa yang memberikan pujian kepada Allah pada saat penciptaan dunia?
Contoh jawaban:
Bintang-bintang dan semua yang ada di langit serta semua yang telah diciptakan olehNya.
b. Kapan seharusnya kita memuji Allah?
Contoh jawaban:
Di setiap saat dan setiap waktu. Setiap keadaan yang kita alami adalah alasan untuk memuji Tuhan.
c. Bagaimana cara memuji Dia?
Contoh jawaban:
Dengan segenap hati, memberkati namaNya, dengan music dan tarian.
d. Siapa saja yang seharusnya memuji Dia?
Contoh jawaban:
Raja-raja di bumi dan segala bangsa, pembesar-pembesar dan semua pemerintah dunia; hai teruna dan anak-anak dara, orang tua dan orang muda.
5. Bagikan pengalaman mengenai pujian dan penyembahan yang Anda lakukan pada pertemuan berikutnya.
Yohanes mengajarkan bahwa pendakwa kita adalah iblis yang mendakwa kita siang dan malam. Tapi ketika kita memuji Tuhan maka Ia menutup mulut pendakwa kita, karena suara pujian kita sanggup membungkamnya.
Pujian menghasilkan tembok perlindungan yang mengelilingi kehidupan pribadi dan keluarga kita sehingga pencobaan tidak dapat mengganggu. Hidup kita aman karena pujian; karena dalam pujian terdapat kuasa perlindungan dari Allah baik untuk diri kita sendiri, untuk keluarga kita dan keuangan kita.
B. Kapan Seharusnya Memuji Tuhan?
“Setiap hari aku hendak memuji Engkau, dan hendak memuliakan namaMu untuk seterusnya dan selamanya.” (Mazmur 145:2)
“Aku hendak memuji Tuhan pada segala waktu; puji-pujian kepadaNya tetap di dalam mulutku.” (Mazmur 43:1b)
Kapan kita harus memuji Tuhan? Setiap waktu, setiap saat; setiap keadaan yang kita alami adalah alasan untuk memuji Tuhan.
C. Bagaimana Seharusnya Memuji Tuhan?
• Dengan sepenuh hati.
“Aku mau bersyukur kepada Tuhan dengan segenap hati..” (Mazmur 111:1a)
• Dengan pengajaran
“Sebab Allah adalah Raja seluruh bumi, bermazmurlah dengan nyanyian pengajaran!” (Mazmur 47:7)
Pengajaran merupakan inspirasi dan daya cipta Ilahi agar kita dapat bertumbuh dalam pengertian akan Allah.
• Memberkati NamaNya
“Demikianlah aku mau memuji (terjemahan versi Bahasa Inggris: memberkati) Engkau seumur hidupku dan menaikkan tanganku demi namaMu.”(Mazmur 63:4)
• Dengan musik dan tari-tarian
“Pujilah Dia dengan rebana dan tari-tarian, pujilah Dia dengan permainan kecapi dan seruling! Pujilah Dia dengan ceracap yang berdenting, pujilah Dia dengan ceracap yang berdentang!” (Mazmur 150:4-5)
Kita dapat memuji Tuhan dengan berbagai macam alat musik dan tari-tarian.
D. Siapa Yang Seharusnya Memuji?
“hai raja-raja di bumi dan segala bangsa, pembesar-pembesar dan semua pemerintah dunia; hai teruna dan anak-anak dara, orang tua dan orang muda! Biarlah semuanya memuji-muji Tuhan, sebab hanya namaNya saja yang tinggi luhur, keagunganNya mengatasi bumi dan langit.” (Mazmur 148:11-13)
KESIMPULAN
Allah sendiri yang menciptakan puji-pujian. Pujian telah ada sejak semula dan akan tetap ada. Penciptaan dunia dikerjakan oleh Allah dalam suasana puji-pujian. Pintu masuk ke dalam hadirat Allah adalah pujian. Pakaian yang layak untuk menghadap Allah dengan rasa hormat ialah pujian.
Pujian membangun tembok perlindungan bagi kita dan orang-orang yang kita kasihi. Iblis tidak dapat menembusnya tanpa seijin Allah, seperti yang terjadi pada Ayub.
Pujian adalah kekuatan yang sanggup membungkam mulut musuh dan lawan; pujian menghasilkan pembebasan dari segala ikatan. Semua yang ada, semua yang bernafas harus memuji Tuhan.
Kita harus memuji Dia setiap hari, setiap waktu, dengan segenap hati, dengan pengajaran, dan dengan mulut kita.
APLIKASI
Setelah penyampaian materi ini sediakan waktu untuk bersama-sama menyembah dan memuji Tuhan. Lanjutkan setiap hari di rumah sehingga menjadi gaya hidup, sehingga ada ucapan syukur senantiasa dan dapat merasakan perlindungan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.
MATERI DISKUSI
1. Apakah penyembahan?
Contoh jawaban:
Penyembahan adalah hubungan intim antara manusia dengan Allah. Penyembahan merupakan tujuan Allah menciptakan manusia, dan yang ingin dihancurkan oleh iblis.
2. Apakah pujian?
Contoh jawaban:
Pujian adalah pintu masuk ke dalam hadirat Allah dan merupakan pakaian yang layak untuk menghadap takhtaNya dengan rasa hormat. Pujian membangun benteng perlindungan di sekeliling kita dan orang-orang yang kita kasihi.
3. Bagaimana cara kita menyembah sesuai dengan Mazmur 85:6 dan Mazmur 143:6?
Contoh jawaban:
Dengan berlutut, sujud menyembah, dan menadahkan tangan. Berlutut berarti memberkati nama Tuhan, sujud menyembah berarti membawa hati yang hancur dan kerendahan hati di hadapanNya, menadahkan tangan berarti menyerahkan diri seutuhnya dan mengakui bahwa kita bergantung penuh kepadaNya.
4. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut:
a. Siapa yang memberikan pujian kepada Allah pada saat penciptaan dunia?
Contoh jawaban:
Bintang-bintang dan semua yang ada di langit serta semua yang telah diciptakan olehNya.
b. Kapan seharusnya kita memuji Allah?
Contoh jawaban:
Di setiap saat dan setiap waktu. Setiap keadaan yang kita alami adalah alasan untuk memuji Tuhan.
c. Bagaimana cara memuji Dia?
Contoh jawaban:
Dengan segenap hati, memberkati namaNya, dengan music dan tarian.
d. Siapa saja yang seharusnya memuji Dia?
Contoh jawaban:
Raja-raja di bumi dan segala bangsa, pembesar-pembesar dan semua pemerintah dunia; hai teruna dan anak-anak dara, orang tua dan orang muda.
5. Bagikan pengalaman mengenai pujian dan penyembahan yang Anda lakukan pada pertemuan berikutnya.
0 Comments