PENDAHULUAN

Saya memiliki kesempatan untuk terlibat dalam beberapa kali Encounter – sebuah ritrit rohani yang berlangsung selama tiga hari. Dalam pengamatan saya, sebagian besar peserta terlihat berbeban berat oleh tekanan hidup yang mereka alami. Luar biasanya, karya Tuhan yang ajaib dan dahsyat terjadi sehingga mereka semua diliputi oleh suka cita yang besar. Mereka saling berpelukan antar anggota keluarga, antar teman dan sahabat, bahkan antar pemimpin. Terdengar ucapan syukur kepada Tuhan karena mereka mengalami keubahan hidup secara ajaib.
Encounter ialah seumpama pengalaman keluarnya bangsa Israel dari tanah Mesir di bawah kepemimpinan Musa. Tuhan ingin membawa mereka bebas dari penindasan Firaun. Kepada Firaun dikatakan untuk mengijinkan umatNya pergi ke padang gurun tiga hari perjalanan jauhnya untuk mempersembahkan korban kepada Tuhan. Tapi penguasa Mesir ini mengerti bahwa bangsa tersebut sedang merencanakan kebebasan mereka, karena itu ia mengeraskan hati dan tidak membiarkan mereka pergi. Kemudian tangan Tuhan bekerja sehingga Firaun tidak punya pilihan lain selain memberikan kebebasan yang mereka minta. Suka cita pun meluap di tengah bangsa ini karena mereka telah membayangkan kebebasan yang mereka idam-idamkan. Sayangnya tak lama kemudian Firaun memutuskan untuk membatalkan keputusannya; ia mengejar dan hendak memusnahkan mereka, berharap bahwa seluruh bangsa Israel akan tenggelam di tengah lautan luas.
Ketika Musa berdoa atas nama bangsanya, Allah berkata kepadanya: “Mengapa engkau berseru kepadaKu? Katakanlah kepada orang Israel supaya mereka berangkat”. Lalu Musa mengulurkan tongkatnya ke laut Teberau dan air di depan mereka terbelah dua sehingga mereka semua dapat menyeberanginya di atas tempat yang kering. Inilah kuasa hebat Tuhan untuk memberikan jalan bagi umatNya dan melepaskan mereka dari tangan musuh.
Saya mendapati hubungan yang sangat kuat antara peristiwa tersebut dengan kondisi orang-orang percaya yang mengambil keputusan untuk masuk ke dalam visi G12. Encounter menandakan kebebasan; ibarat bebasnya bangsa Israel dari tekanan Mesir. Tapi, segera setelah kebebasan ini dirasakan, datanglah musuh mengejar untuk membawa mereka kembali; dengan segala tipu dayanya iblis berusaha agar orang-orang yang telah mengalami kebebasan di Encounter kembali lagi kepada perbudakan dosa. Namun sebagaimana Allah membuka aliran air laut Teberau, Ia pun akan membuka jalan bagi kita untuk menyeberangi setiap tantangan menuju pada kemenangan.
Pengertian yang boleh dibilang tepat untuk Post Encounter adalah: jalan yang Tuhan sediakan bagi umatNya untuk bergerak maju menuju kepadaNya tanpa terganggu oleh musuh. Masing-masing materi dalam Post Encounter bertujuan untuk membantu mereka yang sudah mengikuti Encounter dalam mempertahankan kebebasan dan berkat-berkat yang telah mereka terima dari Allah. Rasul Petrus berkata: “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. Lawanlah dia dengan iman yang teguh.” (1 Petrus 5:8-9a). Setiap orang yang sudah sampai pada tahap Encounter dan bersedia maju dalam iman sampai ke tahap Post Encounter akan diperhitungkanNya sebagai umat pilihan dan dilimpahiNya dengan banyak berkat.
Sebelum bertobat, Saulus berhasil mengerjakan misinya (menganiaya jemaat) karena ia merupakan seorang Yahudi dan tercatat sebagai murid dari seorang guru besar Taurat bernama Gamaliel. Ia pun dikenal sebagai warga negara Roma yang sangat terikat pada tradisi budayanya. Tapi ketika ia bertemu dengan Yesus untuk yang pertama kali, ia menyadari bahwa keberhasilannya selama ini ada di jalur yang salah. Begitu dahsyatnya perjumpaannya dengan Allah sehingga ia katakan “Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. (Filipi 3:7-8).
Saulus berangkat ke Damsyik dan tinggal selama tiga hari untuk berpikir, berdiam dan merenung. Seketika pengertiannya akan Taurat menjadi berbeda sama sekali. Pewahyuan mengenai Sang Juru Selamat menjadi sangat jelas, dan sejak saat itu ia bertekad untuk menyerahkan segenap hidupnya untuk melayani Tuhan Yesus. Satu hal yang luar biasa dalam diri Saulus ialah bahwa setelah encounter/perjumpaannya dengan Yesus, ke mana pun ia pergi ia tidak pernah tidak memberitakan tentang Yesus dan sama sekali tidak mempedulikan akibat yang harus diterimanya karena pemberitaan yang disebarkannya ke seluruh penjuru dunia.

Cesar Castellanos D.

Post a Comment

0 Comments